Rabu, 04 Juli 2012

Mengenal Nisfu Sya'ban




Nisfu Sya’ban berasal dari kata Nisfu (bahasa Arab) yang berarti separuh atau pertengahan, Sya’ ban adalah nama bulan ke-8 dalam kalender Islam. Dengan demikian nisfu sya’ban berarti pertengahan bulan Sya’ban.

Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasiin tiga kali berjamaah dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya. Setelah pembacaan Surat Yaasiin biasanya diteruskan dengan shalat Awwabin atau shalat tasbih. Umat muslim di seluruh dunia selalu memperingati malam mulia ini karena di yakini malam tersebut Allah akan memberikan keputusan tentang nasib seseorang selama setahun ke depan.

Salah satu hadist yang menunjukkan keutamaan malam Sya'ban dari Abi Hurairah ra dari Nabi Muhammad SAW bersabda maksudnya : “Telah datang Jibril a.s pada malam Nisfu Sya’ban dan dia berkata , Ya Muhammad, pada malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka, maka berdirilahdan kerjakan sembahyang lalu angkatlah kepalamu dan kedua tanganmu ke langit !” Kata saya (Nabi Muhammad) :
“Hai Jibril, apakah Arti malam ini ?” Dia (Jibril) menjawab: “Pada malam ini telah dibuka 300 pintu rahmat, maka Allah telah mengampuni orang-orang yang tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu kecuali ahli sihir, bomoh hitam, orang-orang yang suka permusuhan/ pergaduhan, peminum arak, orang-orang yang berbuat zina, pemakan riba, orang-orang yang derhaka kepada kedua orang tua, orang-orang yang suka mengadu domba (batu api) dan orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan, maka sesungguhnya mereka itu tidak akan diampuni kesalahannya sehingga mereka mahu bertaubat dan tidak akan mengulang lagi atas perbuatannya itu.”

Maka pergilah Nabi Muhammad SAW untuk mengerjakan sembahyang serta menangis di dalam sujudnya dengan membaca : “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari seksaMu dan murka Mu dan aku tidak menghitung-hitung pujian kepadaMu, sebagaimana Engkau memuji kepadaMu sendiri, maka segala puji bagiMu
sehingga Engkau redha.” Dipetik dari Kitab Zubdatul Wa’idzin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar